Sabtu, 11 April 2015

PEMBAHASAN ANALISIS BIOEKIVALEN (BE) IN VITRO : UJI DISOLUSI TERBANDING

PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan analisis bioekivalen (BE) in vitro uji disolusi terbanding. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan profil disolusi berbagai obat generic yang sudah beredar dan membandingkan kemiripan (bioekivalen/BE) antar obat generic, karena banyaknya produk obat dengan zat aktif yang sama namun diproduksi dan dipasarkan oleh perusahaan yang berbeda. Baik itu berupa produk innovator (produk yang dipatenkan oleh pabrik penemu) maupun produk copy (produk yang memiliki zat aktif yang sama dan telah memenuhi standar ekuivalensi dengan produk innovator) memiliki profil bioavailabilitas obat berbeda dan menghasilkan efek farmakologi yang berbeda pula.
            Profil disolusi disini dibutuhkan sebagai dasar untuk menentukan bioekivalensi  dari suatu obat. Disolusi itu sendiri adalah jumlah atau persen zat aktif dari sediaan padat yang larut pada waktu tertentu dalam kondisi baku. Kondisi yang dimaksud disini adalah misalnya dalam suhu, kecepatan pengadukan, dan komposisi media tertentu, Uji disolusi merupakan suatu metoda fisika kimia yang penting sebagai parameter dalam pengembangan produk dan pengendalian mutu sediaan obat yang didasarkan pada pengukuran kecepatan pelepasan dan melarut zat aktif dari sediaannya.
            Uji disolusi terbanding digunakan untuk uji bioekivalen secara in vitro karena hasil uji disolusi berkolerasi dengan ketersediaan hayati obat dalam tubuh, sehingga dengan begitu kesetaraan sifat dan kerja obat di dalam tubuh suatu obat “copy” dibandingkan dengan obat innovator sebagai pembanding dapat terlihat. Uji disolusi terbanding juga dapat digunakan untuk memastikan kemiripan kualitas dan sifat-sifat produk obat dengan perubahan minor dalam formulasi atau pembuatan setelah izin pemasaran obat. Pada praktikum uji disolusi terbanding ini digunakan produk obat Sanmol sebagai innovator sedangkan produk Humagesik, Termagol dan Dapirin sebagai obat copy.
Uji disolusi dilakukan di dalam sebuah medium yang dibuat sesuai dengan kondisi di dalam lambung atau usus sebagai tempat penyerapan obat. Medium yang digunakan adalah dapar HCl pH 1,2 karena sesuai dengan kondisi di lambung yang bersifat asam. Dapar HCl pH 1,2 dibuat dengan mengencerkan sejumlah HCl dengan aquadest yang sudah dipanaskan terlebih dahulu untuk menghilangkan senyawa O2 dan CO2 yang terkandung dalam aquadest. Dimana kedua senyawa ini berpengaruh terhadap kestabilan pH dapar yang akan dibuat karena bersifat sebagai oksidator.
Medium dapar HCl pH 1,2 ini dimasukan ke dalam alat disolusi obat sebanyak ±900 ml dan dipastikan waterbath pada alat disolusi telah mencapai suhu 37oC±0,5oC (suhu tubuh). Pengujian disolusi dilakukan pada 5 waktu yaitu, 10, 15, 20, 30 dan 45 menit. Dalam waktu 45 menit tersebut obat mengalami disolusi dan tiap waktunya dapat diketahui berapa kadar obat yang telah terdisolusi dalam medium.
Mekanisme disolusi obat secara umum di dalam tubuh  yaitu obat akan kontak dengan cairan tubuh, kemudian obat akan mengembang karena tekanan cairan yang masuk ke dalam obat. Kemudian obat tersebut akan hancur menjadi partikel-partikel yang akan larut dalam cairan tersebut. Mekanisme tersebut bekerja secara in vitro pada alat disolusi. Setelah 45 menit uji disolusi selanjutnya dilakukan kurva baku dari produk innovator, Sanmol, dengan nilai ppm 12,11,10,9,7 dan 6. Dari penentuan kurva baku didapatkan persamaan berikut.
Dengan menggunakan persamaan tersebut dapat diperoleh hasil persentase terdisolusi obat yang diuji, baik untuk obat innovator maupun obat copy.
Seperti obat innovator Sanmol, ketiga obat copy (Humagesik, Termagol dan Dapirin) diperlakukan sama, diuji disolusinya kemudian ditentukan nilai persentase terdisolusinya dari variasi ppm yang sama. Nilai-nilai persentase terdisolusi yang didapat dari masing-masing obat copy itu dibandingkan dengan persentase terdisolusi obat innovator melalui persamaan faktor similaritas berikut.
Dari serangkaian perhitungan, didapat hasil factor similaritas antara obat copy terhadap obat innovator sebagai berikut.
Obat Copy
F2
Humagesik
24.32
Dapirin
36.18
Termagol
49.79
Dari ketiga data factor similaritas yang didapat, ketiga obat copy tidak similar terhadap obat innovator, Sanmol. Ketidaksimilaran ini dapat disebabkan oleh banyak factor, salah satunya sifat fisika kimia obat seperti kelarutan yang belum sempurna. Setiap obat memiliki waktu disolusi yang berbeda dikarenakan perbedaan zat tambahan yang digunakan baik jenis zat tambahannya maupun jumlah zat yang ditambahkan dalam formula obat.

Dilihat dari nilai persentase disolusi berdasarkan proses pengujian yang dilakukan, dari ketiga obat copy memiliki persentase disolusi yang kurang baik yaitu 39,19 untuk humagesik, 75,70 untuk dapirin dan 62,04 untuk termagol, dimana persentase disolusi yang baik menurut USP adalah sekitar 80% pada menit ke 45. Sehingga apabila persentasi disolusi dari suatu obat  tergolong buruk, maka kemungkinan similar dengan produk obat inovatornya pun kecil.

Selasa, 10 Desember 2013

laporan anfisman


PRAKTIKUM I
TUBUH MANUSIA
I.                   TUJUAN
Mendapatkan gambaran tentangberbagai organ dalam tubuh, system system fisiologik, organ organ dalam dalam tiap system, dan letak serta posisi yang sering digunakan dalam anatomi dan mengenal struktur dan fungsi unittubuhterkecil.

II.                PRINSIP
·         Mengidentifikasi organ organ dalam tubuh manusia berdasarkan organ tubuh tikus
·         Prinsip difusi yang merupakan perpindahan suatu zat dalam pelarut dari bagian konsentrasi tinggi kebagian konsentrasi rendah.

III.             TEORI
Anatomi tubuh manusia saling berhubungan antara bagian yang satu dengan lainnya. Struktur regional mempelajari letak geografis bagian tubuh dan setiap region atau daerahnya misalnya lengan, tungkai, kepala dan seterusnya. Struktur otot, tulang, saraf dan pembuluh darah dapat dijumpai dalam sejumlah system jaringan yang berbeda. Mempelajari letak dan hubungan satu bagian tubuh tidak dapat terpisah dari pengamatan tentang kegunaan setiap struktur dan system jaringan struktur tertentu yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Semua gambaran tubuh manusia didasarkan pada orang berdiri tegak dengan ekstrimitas disamping tubuh dan wajah serta telapak tangan mengarah ke depan. Bila tubuh berdiri tegak, tubuh dalam keadaan keseimbangan labil karena bidang frontal yang melalui titik berat dan garis berat badan berpindah ke titik berat cranium, torak dan pelvis ke dorsal. Kaki melakukan tugas penting untuk menampung berat badan serta mempertahankan keseimbangan labil dan mendorong berat badan ke depan pada waktu berjalan (Syaifuddin, 2009).
Menurut Shidiqwidianto (2009) bagian-bagian tubuh digambarkan melalui bidang-bidang imaginer :
a.   Bidang median sagital : vertikal pertengahan tubuh, membagi sisi kiri dan kanan.
b.   Bidang para median : disamping bagian median dan sejajar dengannya
c.   Bidang Kronal : vertikal, tegaqk lurus dengan bidang median, membagi sisi depan dan   belakang.
d.      Bidang horizontal / tranversal : tegak lurus dengan bidang median dan koronal membagi tubuh menjadi bagian atas bawah
Supaya dapat mengenali daerah tubuh secara tepat, kita menggunakan istilah anatomi yang didefinisikan secara jelas. Istilah-istilah ini merujuk pada tubuh dalam posisi anatomi – berdiri tegak, emghadap ke depan, lengan ke bawah, telapak tangan menghadap ke depan. Dalam posisi ini, istilah-istilah berikut digunakan (Pack, 2003).
Istilah interna dan externa digunakan untuk melukiskan jarak relative sebuah organ atau struktur terhadap pusat sebuah rongga. Iga-iga misalnya mempunyai permukaan interna yaitu yang menghadap ke dalam rongga dada dan permukaan eksterna ke sebelah luar. Istilah superficial (di permukaan) dan profunda (dalam) digunakan untuk menunjukkan jarak relative dari permukaan tubuh. Dan istilah superior dan inferior menunjukkan letak relatif tinggi atau rendah, khususnya dalam perbandingan dengan badan, seperti permukaan superior dan inferior dari klavikula (tulang selangka). Istilah anterior dan posterior merupakan sinonim dari ventral dan dorsal. Istilah-istilah ini hanya digunakan untuk orang dalam keadaan berdiri tegak atau posisi anatomi (Pearce, 2006).
Superior (=atas) atau kranial : lebih dekat pada kepala. Contoh: Mulut terletak superior terhadap dagu. Inferior (=bawah) atau kaudal : lebih dekat pada kaki. Contoh: Pusar terletak inferior terhadap payudara. Anterior (=depan) : lebih dekat ke depan. Contoh: Lambung terletak anterior terhadap limpa. Posterior (=belakang) : lebih dekat ke belakang. Contoh: Jatung terletak posterior terhadap tulang rusuk. Superfisial : lebih dekat ke / di permukaan. Contoh: Otot kaki terletak superfisial dari tulangnya. Profunda : lebih jauh dari permukaan. Contoh: Tulang hasta dan pengumpil terletak lebih profunda dari otot lengan bawah. Medial (=dalam) : lebih dekat ke bidang median. Contoh: Jari manis terletak medial terhadap jari jempol. Lateral (=luar) : menjauhi bidang median. Contoh: Telinga terletak lateral terhadap mata. Proksimal (=atas) : lebih dekat dengan batang tubuh / pangkal. Contoh: Siku terletak proksimal terhadap telapak tangan (Sitekno, 2010).
Menurut Pagarra (2009), istilah yang berkenaan dengan penampang atau bidang, yaitu:
a.   Bidang median yaitu bidang membujur dari depan ke belakang yang membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan secara seimbang.
b.   Bidang sagital / para sagital yaitu bidang membujur yang sejajar bidang median.
c.   Bidang coronal / frontal yaitu bidang membujur dari samping kiri ke kanan yang membagi tubuh menjadi belahan depan dan belakang secara seimbang dan tegak lurus dengan bidang median.
d.  Bidang transversal / horizontal yaitu bidang meintang yang membagi belahan atas dan bawah. Belahan ini tegak lurus dengan bidang median dan coronal.
e.   Bidang longitudinal yaitu bidang yang mengikuti dimensi terpanjang dari organ dan tegak lurus terhadap bidang transversal.
f.    Bidang oblique (serong) yaitu bidang yang membuat sudut lebih kecil atau lebih besar dengan bidang transversal
Potongan tubuh dan bagian-bagiannya digunakan untuk menggambarkan tubuh atau organ yang terbagi menjadi dua bagian. Potongan sagital membagi tubuh atau organ secara vertical menjadi bagian kiri dan kanan. Jika bagian kiri dann kanan sama, maka potongan itu disebut potongan midsagital; jika tidak, potongan tersebut disebut potongan parasagital,, potongan frontal (koronal) membagi tubuh atau organ secara vertical menjadi dua bagian tubuh yaitu bagian depan dan belakang, potongan horizontal (melintang) membagi tubuh secara horizontal menjadi bagian atas dan bawah (Pack, 2003).
Letak berbagai bagian tubuh dilukiskan dengan membuat perbandingan pada garis-garis dan bidang-bidang khayal misalnya bidang medial yang melalui sumbu tengah tubuh. Struktur yang letaknya lebih dekat pada bidang median tubuh daripada struktur lain dikatakan medial terhadap yang lain. Misalnya otot pangkal paha yang terletak di sebelah dalam paha adalah medial terhadap kelompok lainnya yang berada di sebelah luar yang disebut lateral. Karena itu sisi dalam paha disebut aspek medial dan sisi luar disebut aspek lateral (Pearce, 2009).
Menurut Bryna (2010), dalam mempelajari anatomi, kita menggunakan  istilah-istilah yang telah lazim dipakai dan disepakati bersama diseluruh dunia. Didalam ilmu anatomi, kita menentukan bahwa posisi anatomis tubuh adalah berdiri tegak, tungkai rapat dan kedua lengan disamping dengan telapak tangan menghadap kedepan. Terminologi untuk menunjukkan arah atau tempat :
1.                  Superior (cranial)                     : lebih kearah atas (kepala)
2.                  Inferior (caudal)                      : lebih kearah bawah (ekor)
3.                  Medial                                     : kearah garis tengah
4.                  Lateral                                     : menjauhi garis tengah
5.                  Ventral (anterior)                    : kearah perut (depan)
6.                  Dorsal                                      : kearah punggung (belakang)
7.                  Dextra                                     : kanan
8.                  Sinistra                                    : kiri
9.                  Proximal                                  : mendekati pangkal
10.              Distal                                       : mendekati ujung
11.              Superfisial                               : kearah permukaan
12.              Profundus                               : lebih kearah dalam
Macam-Macam Dan Jenis-Jenis Sistem Pada Tubuh Manusia :
1. Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi berfungsi untuk memindahkan hasil metabolisme yang sudah tidak diperlukan ke luar tubuh sehingga sel-sel tubuh dapat menjaga keseimbangannya terhadap lingkungan. Terdiri atas ginjal, paru-paru (karbon dioksida), hati (racun) dan kulit (keringat).
2. Sistem Pernapasan / Sistem Pernafasan
Sistem pernapasan adalah sistem yang memiliki fungsi untuk mengambil oksigen, menyediakan oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida ke luar tubuh. Terdiri dari hidung, faring, laring, trakea / trakhea, bronki dan paru-paru.
3. Sistem Pencernaan
Sistem perncernaan adalah sistem yang berfungsi untuk melakukan proses makanan sehingga dapat diserap dan digunakan oleh sel-sel tubuh secara fisika maupun secara kimia. Terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, rektum, hati dan pankreas.
4. Sistem Peredaran / Transportasi
Sistem peredaran atau sistem transportasi adalah sistem yang memiliki fungsi untuk menjaga tubuh dari penyakit, menyebar sari makanan dan oksigen ke seluruh tubuh serta mengangkut zat-zat sisa ke luar tubuh. Terdiri atas jantung, pembuluh arteri, pembuluh vena, pembuluh kapiler, pembuluh getah bening (limfatik) dan kelenjar limfe.
5. Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkembang biak. Terdiri dari testis, ovarium dan bagian alat kelamin lainnya.
6. Sistem Otot
Sistem otot adalah sistem tubuh yang memiliki fugnsi seperti untuk alat gerak, menyimpan glikogen dan menentukan postur tubuh. Terdiri atas otot polos, otot jantung dan otot rangka.
7. Sistem Syaraf/ Sistem Saraf
Sistem saraf adalah sistem yang memiliki fungsi untuk menerima dan merespon rangsangan. Terdiri dari otak, saraf tulang belakang, simpul-simpul syaraf dan serabut syaraf.
8. Sistem Endoktrin
Sistem endoktrin adalah sistem yang berfungsi untuk memproduksi hormon yang mengatur aktivitas tubuh. Terdiri atas kelenjar tiroid, kelenjar hipofisa/putuitari, kelenjar pankreas, kelenjar kelamin, kelenjar suprarenal, kelenjar paratiroid dan kelenjar buntu.
9. Sistem Rangka
Sistem adalah sistem yang memiliki fungsi untuk menyimpan bahan mineral, tempat pembentukan sel darah, tempat melekatnya otot rangka, melindungi tubuh yang lunak dan menunjang tubuh. Terdiri dari tengkorak, tulang rusuk, tulang belakang, rangka penopang tulang bahu, rangka penopang tulang pinggul, tulang angota badan atas dan bawah.
Macam macam sistem pada tubuh tikus :
1.       Sistem Pencenaan
Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan atau kelenjar-kelenjar yang berhubungan, fungsinya untuk :

 a). Ingesti dan Digesti makanan.
 b). Absorbsi sari makanan.
 c). Eliminasi sisa makanan.

 Langkah-langkah pproses pencernaan makanan :

 1). Pencernaan di mulut dan di rongga mulut,makanan di giling menjadi kecil-kecil oleh  gigi dan di basahi oleh saliva.
 2). Disalurkan melalui foring dan asophogus.
 3). Pencernaan di lambung dan di usus halus. Dalam usus halus diubah menjadi asm-asam amino, monosakarida, gliserida, dan unsur-unsur dasar yang lain.
4). Absorsi air dlam usus besar akibatnya, isi yang tidak dicerna menjadi setengah padat (feses).
5). Feces dikeluarkan dari dalam tubuh melalui kloaka (bila ada)  kemudian ke anus. (Iqbal , 2007)



2.       Sistem Eksresi
 Sistem ekskresi mamalia hampir sam dengan manusia, tetapi sedikit berbeda yang di sebabkan oleh liingkun tempat tinggalnya. Paru-paru terletak di dalam rongga dada, di lindungi oleh struktur selangka dan di selaputi karung di dinding dikenal sebagai pelura. Bernafas kebanyakan dilakukan olh diagfragama paru-paru berada mengembang. Sangkar selangka juga boleh menguncup sedikit ini menyebabkan udara tertarik ke dalam keluar paru-paru melalui frakhea dan broknial tubes yang bercabang dan mempunyai alveolus di ujung yaitu karung kecil di kapilari yang penuhi darah. disini oksigen meresap banyak masuk kedalam darah, dimana akan di angkut oleh hemoglobin. (Ka ,462, 2008).

3.      Sistem Reproduksi
Tahap pembentukan spematozoa di bagi atas 3 tahap yaitu :

1. Spermatogenesis.
Meupakan tahap spermatogenea yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosot primer. Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti sel nya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit skunder.

2. Tahapan meiosis
Spermatosid primer, menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera mengalami meiosis 1, yang kemudian diikuti dengan meiosis 2.

3. Tahapan spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang memiliki 4 fase yaitu fase golgi, fase tulup, fase akrosom, dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa masuk. (Iqbal, 2008)
                       






IV.             ALAT DAN BAHAN
1.ALAT
ü  Batang pengaduk
ü  Alat untuk melubangi
ü  Model anatommi manusia
ü  Gelas gelas piala 50 ml dan 100 ml
ü  Stopwatch
ü  Lemmpeng kaca
ü  Surgical scissor
ü  Hand gloves
ü  Pisau bedah
ü  Anatomy pinset
ü  Papan berlin
ü  Paku / jarum
ü  Spatel
2. BAHAN
ü  Tiku putih betina
ü  Anaestetika
ü  Preparet awetan sel
ü  Kristal KMnO4
ü  Metil red
ü  Air dingin
ü  Air panas
ü  Agar

V.                    PROSEDUR TOPOGRAFI TIKUS
                  Langkah pertama yang dilakukan yaitu di ambil tikus putih kemudian dimatikan dengan cara dibius menggunakan kloroform, tikus putih tersebut di masukan kedalam toples yang berisi kapas yang telah diberi kloroform sebelumnya, kemudian toples ditutup hingga tikus tersebut lemas dan mati, setelah tikus tersebut mati, kemudian diletakan diatas penampang yang terbuat dari lilin serta kaki dan tangannya ditusuk menggunakan paku, kemudian dibuat guntingan midsagital dalam sepanjang daerah abdomen, setalah itu kulit digunting secara lateral pada bagian anterior dan posterior dari torehan midsagital tadi sehingga seluruh otot torso dipamerkan,langkah selanjutnya yaitu ujung gunting ditusukan dengan hati-hati kedalam otot abdomen inferior dan buatkan torehan sepanjang  rongga abdomen, setelah itu dibuat torehan lateral agar organ dalam tubuh tikus dapat diamati , langkah selanjutnya yaitu dilakukan pemisahan antara satu organ dengan organ lainnya diamati dan diambil gambarnya serta dibandingkan dengan organ-organ dalam tubuh manusia.
Difusi sederhana
Disediakan 4 gelas beaker dengan masing-masing 2 gelas beaker di isi dengan air hangat dan 2 gelas beaker  di isi dengan air dingin. Lalu dimasukan sedikit KMnO4 kedalam 1 gelas beaker yang di isi air hangat  dan 1 gelas beaker yang di isi air dingin  dan langsung di hitung waktu larut dengan stopwatch.
Lalu dimasukan sedikit metil red kedalam 1 gelas beaker yang di isi air hangat  dan 1 gelas beaker yang di isi air dingin  dan langsung di hitung waktu larut dengan stopwatch.




VI.             DATA PENGAMATAN

1.      Organ-organ tikus
ORGAN
TIKUS
MANUSIA
USUS BESAR
ü   
ü   
USUS HALUS
ü   
ü   
PARU-PARU
ü   
ü   
JANTUNG
ü   
ü   
DIAGFRAGMA
ü   
ü   
GINJAL
ü   
ü   
HATI
8 LOBUS
2 LOBUS
KANTUNG EMPEDU
ü   
ü   
PANKREAS
ü   
ü   
JANTUNG
ü   
ü   
LAMBUNG
ü   
ü   
OVARIUM
ü   
ü   
REKTUM
ü   
ü   



VII.           PEMBAHASAN
1.      Pembahasan pembedahan tikus
Pada pratikum kali ini yaitu pengenalan tentang berbagai organ dalam tubuh serta pengenalan mengenai struktur dan fungsi unit tubuh terkecil atau sel, dimana dalam pratikum kali ini dilakukan pembedahan terhadap seekor tikus, pembedahan dilakukan terhadap seekor tikus karena tikus memiliki organ yang membentuk suatu sistem yang letaknya   dapat diketahui melalui terminologi anatomi, sama halnya dengan manusia, selain itu juga reaksi- reaksi di dalam tubuh tikus lebih sesuai dengan manusia sehingga hasilnya akan lebih cocok dari pada menggunakan spesies lain, alasan lain dipilihnya tikus sebagai hewan percobaan yaitu karena tikus merupakan hewan noctural atau hewan yang aktif di malam hari dan tidur pada siang hari sehingga lebih memudahkan dalam proses pembedahan.
                  Dalam pratikum ini dilakukan pembedahan terhadap tikus, sehinnga kita dapat membandingkan antara organ-organ tikus yang telah diamati saat pembedahan dengan organ-organ manusia. Pembedahan yang bagus yaitu tidak terdapatnya darah saat pembedahan. Sayatan jangan terlalu dalam harus sangat hati-hati agar peredaran darah yang terdapat di kulit tidak terpotong dan organ-organ dalam tidak tertusuk.
                  Berdasarkan pengamatan didapatkan data-data sebagai berikut, pada tikus yang diamati didapatkan beberapa perbedaan struktur dengan stuktur manusia diantaranya pada tikus yang diamati posisi ginjal kanan lebih tinggi dari ginjal kiri  ini diakibatkan karena ginjal kiri terdesak oleh lambung yang berada  diatasnya, sedangkan berdasarkan teoritis posisi ginjal kiri manusia lebih tinggi dibandingkan ginjal kanan hal ini diakibatkan karena posisi hati yang berada diatas ginjal kanan, sehingga ginjal kanan tersebut terdesak oleh posisi hati yang berada diatasnya. Organ selanjutnya yaitu hati, pada tikus yang diamati ditemukan 8 lobus hati dan di salah satu lobus tersebut terdapat gelembung putih, gelembung putih ini timbul atau diakibatkan karena efek dari kloroform pada saat pembiusan, sedangkan menurut teoritis manusia hanya memiliki 2 lobus hati, hal ini disebabkan karena tikus tidak memiliki kantung empedu, namun pada saat pembedahan terhadap tikus percobaan didapatkan /terdapat kantung empedu, namun sepertinya hal ini terjadi Karena kesalahan saat pengamatan karena jika benar tikus tersebut memiliki kantung empedu  maka lobus hati yang dimilikinya tidak mungkin berjumlah 8 organ selanjutnya yang ditemukan yaitu 2 lobus paru-paru yang dilindungi oleh diafragma paru-paru tikus pun berada dalam rongga torak, serta menutupi jantung, organ selanjutnya yang ditemukan yaitu jantung sama halnya dengan jantung manusia, jantung tikus pun berada didalam rongga dada(torak ). Organ selanjutnya yang ditemukan yaitu usus halus sama halnya dengan usus halus manusia, usus halus dari tikus percobaan pun memiliki 3 bagian yang memilki susunan seperti susunan usus halus  pada manusia yaitu duodenum atau usus dua belas jari, duodenum ini terletak dibawah lambung atau juga merupakan organ yang menyambungkan lambung dengan usus kosong (jejunum), bagian usus halus yang ke dua yaitu jejunum, jejunum ini merupakan bagian kelanjutan dari duodenum (usus 12 jari), bagian yang usus halus yang ketiga yaitu ileum, ileum ini merupakan kelanjutan dari duodenum hingga menyatu dengan usus besar, organ selanjutnya yang ditemukan yaitu usus besar, usus besar pada tikus percobaan memilki ukuran yang  lebih besar dibandingkan dengan usus halus serta tidak memiliki lipatan-lipatan, sama halnya seperti usus besar pada manusia. Organ selanjutnya yang didapatkan yaitu ovarium dengan nya ovarium ini maka dapat dipastikan bahwa tikus yang digunakan saat percobaan merupakan tikus betina.
                  Dari hasil pratikum kali ini hanya didapatkan beberapa organ saja, tidak semua organ dalam tubuh tikus dapat diamati karena ada peraturan-peraturan yang tidak membolehkan untuk melakukan pembedahan secara sembarangan maka dari itu organ-organ tikus yang dapat diamati hanya organ-organ yang dapat terlihat oleh kasat mata, seperti organ-organ yang berada di rongga dada dan rongga perut, sehingga hasil pengamatan dari pembedahan tikus pada percobaan kali ini pun hanya didapatkan organ-organ yang berada di rongga dada yaitu jantung dan paru-paru, serta organ yang berada di dalam rongga perut yaitu hati, lambung, ginjal, pankreas, usus besar, usus halus, serta rectum.





VIII.       KESIMPULAN
v  Ada beberapa perbedaan antara organ dalam tubuh manusia dan tubuh tikus diantaranya, tikus memiliki beberapa lobus hati (8 lobus) sedangkan manusia hanya memiliki 2 lobus hati.
v  Tikus tidak memilki kantung empedu sehingga menyebabkan terbentuknya banyak lobus hati
v  Kloroform dapat menyebabkan kerusakan pada hati ini dibuktikan dengan terbentuknya gelembung pada hati tikus sesaat setelah tikus tersebut dibius dengan kloroform.
v  Dalam difusi sederhana faktor suhu,ukuran partikel dan percobaan yang melakukan pengadukan dan yang tidak melakukan pengadukan sangat mempengaruhi dalam kecepatan kelarutan.





DAFTAR PUSTAKA
Bryna. 2010. Dibalik Tubuh Manusia. http:/// /anatomi-dan-fisiologi-manusia/ tubuh/fullh0Lideii.Blog-Archivedibaliktubuhmanusia.htm. Diakses pada tanggal 19 November 2010.

Pack, Phillip E. 2003. Anatomi Dan Fisiologi. Bandung: Pakar Raya.

Pagarra, Halifah, Adnan. 2009. Struktur Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.

Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi Dan  Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia

Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.

Shidiqwidianto. 2009. Anatomi Dasar Tubuh manusia. http:// anatomi-dan-fisiologi-manusia// ShidiqWidiyanto.htm. Diakses pada tanggal 19 November 2010.

Sitekno. 2010. Anatomi Fisiologi. http://berbagi-sehat.com/article/10410/anatomi-fisiologi.html. Diakses pada tanggal 19 November 2010.

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Wulangi, Kartolo S. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.